A. Pendahuluan
Kehidupan itu adalah suatu yang dinamis, dengan demikian setiap kehidupan akan senantiasa mengalami perubahan, dan pada konteks manusia, maka manusiapun juga akan mengalami perubahan, baik ia sebagai individu maupun masyarakat. Dan dalam perubahan yang terjadi pada masyarakat (sebagai kumpulan dari individu-individu) bisa terjadi dalam pola perilaku individu maupun organisasi, perubahan dalam norma sosial, interaksi juga termasuk pendidikan.
Karena kehidupan itu dinamis, maka perubahan yang terjadi adalah suatu fenomena yang lumrah atau normal pengaruhnya bahkan bisa menjalar dan merambah kebagian belahan dunia lain dengan cepat dan efektif karena didukung oleh kemajuan komunikasi yang canggih dan modern. Penemuan-penemuan baru dibidang teknologi tanpa kita sadari juga sangat mempengaruhi perubahan sosial yang juga akan berdampak pada pendidikan.
Suatu perubahan sosial yang terjadi sekecil apapun mungkin akan berakibat pada struktur kehidupan masyarakat yang lainnya, isalnya pada perubahan gaya berpakaian akan menghasilkan akbibat pada ekonomi masyarakat, karena suatu model yang tren akan senantiasa diikuti masyarakat yang menyenangi model-model pakaian yang terbaru. Sama halnya dampak dari perubahan sosial akan berakibat pada pendidikan Islam pada khususnya. Makalah berikut mencoba menggali dampak dari perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan Islam.
B. Landasan Teoritis
- Pengertian Perubahan Sosial
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia perubahan berarti hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran.[1] Sedangkan sosial adalah hal yang berkenaan dengna masyarakat.[2] Perubahan sosial adalah berubahnya struktur atau susunan sosial (kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perunahan tersebut merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan masyarakat, perubahan itu juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik. Pudjiwati Sajagyo mengutip pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa kebosanan manusia adalah penyebab suatu perubahan.[3] Manusia sering tidak puas dan bosan pada satu keadaan dan berusaha untuk mencari cara atau alternatif lainnya untuk menghilangkan kebosanannya dan menemukan cara baru yang lebih menyenangkan, mudah dan murah. Bisa kita lihat pada revolusi teknologi transportasi yang demikian canggih hingga berakibat pada perubahan pola mobilisasi manusia.
Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur budaya materiil dan immateriil,[4] artinya setiap unsur budaya masyarakat yang bersifat materiil dan immateriil (sprituil) juga rentan atau cendrung terhadap perubahan. Berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Kingsley Davis yang mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat,[5] sehingga akan disebut suatu perubahan sosial kalau tatanan dan fungsi dalam masyarakat yang berubah. Sebagai contoh ketika muncul persatuan pekerja atau organisasi buruh yang dalam masyarakat kapitalis menyebabkan perubahan hubungan antara pekerja dengan majikan yang kemudian berimplikasi juga pada berubahnya organisasi ekonomi atau bahkan politik (pada negara tertentu ada yang berubah menjadi partai politik, misalnya partai buruh di Inggris).
Soerjono Soekamto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, mengutip pendapat Gillin dan Gillin tentang perubahan sosial sebagai suatu variasi dari suatu cara hidup yang telah ada dan diterima dalam suatu masyarakat, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi (susunan) penduduk, ideologi ataupun juga karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan teknologi terbaru dalam suatu masyarakat.[6] Jadi jika suatu masyarakat mengadakan atau melakukan suatu variasi atau cara lain dari kebiasaan yang sudah ada, maka hal itu dinamakan perubahan.
Konsep perubahan sosial adalah fenomena yang rumit, dalam arti menembus ke berbagai tingkat kehidupan sosial. Dan jika ada suatu defenisi tentang perubahan sosial yang mencakup seluruh aspek kehidupan sosial, maka hal itu benar saja. Karena, pada keseluruhan aspek kehidupan yang terjadi dalam susunan sosial, sistem sosial, dan organisasi sosial masyarakat.[7]
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya aspek kebudayaan juga nilai-nilai, norma, kebiasaan, kepercayaan, tradisi, sikap, maupun pola tingkah laku dalam suatu masyarakat. Atau jika kita melihat adanya perbedaan keadaan yang terjadi sekarang dalam suatu masyarakat jika dibandingkan dengan keadaannya dahulu, maka hal itu dapat dikatakan bahwa dalam struktur sosial masyarakat tersebut telah berubah.
Banyak yang berpendapat bahwa kecendrungan terjadinya suatu perubahan pada masyarakat merupakan penomena yang wajar sebagai akibat dari pergaulan hidup, dan banyak pakar yang mengemukakan pendapat bahwa perubahan sosial terjadi sebagai akibat adanya perubahan yang terjadi dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan dalam suatu masyarakat, seperti perubahan ekonomi, kebudayaan dan teknologi, politik, geografis dan sebagainya, yang pada dasarnya bermuara pada kesimpulan bahwa perubahan merupakan suatu mata rantai kejadian yang melingkar dan tidak terputus.
Pada term norma dan perubahan sosial, maka jika norma adalah dasar dari keteraturan kehidupan sosial, maka perubahan sosial, yakni yang merupakan perubahan dalam struktur masyarakat, terjadi sebagai akibat dari perubahan dalam norma-norma sosial tersebut.[8] Sehingga ketika norma dalam suatu struktur masyarakat telah berubah maka perubahan dalam masyarakat tersebut telah terjadi.
Pendapat Pitirim A. Sorokin yang meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingakran perubahan sosial, namun perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, dan dengan jalan tersebut barulah dapat diperoleh suatu generalisasi tentang lingakran perubahan sosial tersebut.[9]
- Pengertian Pendidikan Islam
Sebelum membahas pengertian Pendidikan Islam, perlu kita mengetahui dahulu tentang arti pendidikan, menurut Badan PBB yang bernama UNESCO bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dewasa untuk mengembangkan kemampuan anak memalui bimbingan, mendidik dan latihan untuk peranannya di masa depan.[10] Pendidikan merupakan proses memberdayakan atau juga mengembangkan potensi setiap manusia, usaha mewujudkan potensi kreatif dan tanggungjawab kehidupan termasuk tujuan pribadinya.
Adapun pendidikan Islam yaitu sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai kepribadiannya.[11] Pengertian lainnya mengatakan bahwa Pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagai yang termaktub dalam al-Qur’ân dan terjabar dalam Sunnah Rasul,[12] jadi yang dimaksudkan dengan pendidikan Islam adalah dalam rangka terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[13] Dengan demikian ciri yang membedakan antara pendidikan Islam dengan pendidikan lain, yaitu adanya penggunaan ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan budaya ummat manusia atau masyarakat tersebut.
Dapat dikatakan bahwa seseorang yang mendapatkan pendidikan Islam harus mampu hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam,[14] dengan kata ketika seseorang yang menerima pendidikan Islam maka ia menjalankan kehidupannya sesuai dengan koridor ajaran Islam, yaitu al-Qur’ân dan Hadits. Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang diperlukan seorang hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman dalam seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi dan terlebih ukhrawi.
C. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah (berkembang) dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Dan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya adalah pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan formal, informal, maupun non formal (ada istilah lain yang menyebutkan ketiga istilah tersebut, yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah), dan perubahan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat sangat berpengaruh terhadap pendidikan, dan tidak terkecuali pendidikan Islam.
Kita mafhum pada zaman sekarang ini bahwa ada perubahan sosial yang berjalan begitu cepat (namun ada juga yang berjalan dengan lamban), juga sangat berdampak pada pendidikan, misalnya dengan bertambahnya penduduk yang cepat maka perlu disediakan sekolah untuk menampung siswa tersebut, sehingga sarana pendidikanpun juga harus dibangun lebih banyak.[15] Lalu dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial itu pula kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan guna menghadapi kehidupan yang semakin kompleks, akan sangat memerlukan pendidikan guna mempersiapkan masyarakat itu sendidri dalam menghadapi perkembangan zaman itu. Misalnya pada bangsa Indoneisa pada tahun 1800 yang banyak tidak bisa baca tulis, jika dibandingkan dengan keadaan sekarang yang sudah maju.
Upaya bangsa Indonesia untuk memberantas kebodohan dengan mewajibkan pendidikan dasar sembilan tahun adalah satu upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan berubahnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang mampu membekali diri mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dpat digunakan atau dipraktikkan dalam kehidupan nyata, maka perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan orientasi pendidikan juga akan terjadi.
Jika kita melihat perubahan sosial sebagai dampak dari berkembangnya teknologi adalah dengan sangat mudahnya mengakses internet yang bagi masyarakat yang tidak agamis dapat digunakan untuk hal-hal yang negatif, kita juga bisa menyaksikan banyaknya kecurangan-kecurangan, ketidak jujuran, dan banyak perbuatan negatif yang bertentangan dengan norma agama Islam sebagai dampak dari perubahan sosial, karenanya sangat diperlukan sistem Pendidikan Islam yang dapat mempersiapkan manusia (masyarakat) untuk tidak melakukan perbuatan tersebut.
Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap pendidikan Islam adalah dengan terus dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab tantangan perubahan, juga berdampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu (quality oriented), yaitu tuntutan akan peningkatan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan menuju kepada pembelajaran unggul sehingga menghasilkan output yang berkualitas.[16]
Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada pendidikan dan pendidikan Islam pada khususnya, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga perubahan sosial yang menghasilkan akbit buruk bagi dunia pendidikan Islam, berikut sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap pendidikan Islam:
1. Dampak positif
Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi pendidikan Islam adalah dapat meningkatnya taraf pendidikan Islam dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi perubahan sosial tersebut dengan mengacu pada ajaran-ajaran Islam.
2. Dampak negatif
Sedangkan dari sisi negatif dari suatu perubahan sosial terhadap pendidikan Islam adalah ketidaksiapan pendidikan Islam menerima perubahan yang begitu cepat dan drastis, artinya lembaga pendidikan Islam harus lebih siap dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus menerus berubah.
Apalagi dengan berkembangnya teknologi yang begitu pesat yang membuat banyaknya pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada kehidupan dan cara hidup anak-anak muslim. Siaran televisi dan akses internet yang sudah bisa dilakukan dimana saja, menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan Islam untuk mengantisipasinya, jika pendidikan Islam tidak siap terhadap perubahan tersebut maka, pendidikan Islam akan tergusur, tetapi tidak jika para pegiat pendidikan Islam senantiasa berinnovasi dan berkreasi dalam mengantisipasi perbuhan tersebut, dengan tentunya tidak terlepas dari tuntunan ajaran Islam.
Pengaruh perubahan sosial yang lainnya terhadap pendidikan Islam adalah terjadinya transformasi pemikiran dalam pendidikan Islam, seiring dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.[17] Sehingga pendidikan Islam juga mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena adanya persepsi bahwa Islam sebagai penghambat perubahan, Islam dituduh sebagai tatanan nilai yang tidak bisa berdampingan dengan kemajuan dan sains modern. Jelas semua anggapan tersebut salah karena ajaran Islam sangat sesuai dengan perkembangan zaman dan mendukug perkembangan sains (sains yang value bound, bukan yang free of value), karena pada hakekatnya perkembangan dan kemajuan sains harus sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Dalam hal yang lebih kongkrit pengaruh perubahan sosial terhadap pendidikan Islam adalah ketika perubahan sosial membawa kepada perbaikan ekonomi masyarakat dan menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan akan hasil teknologi seperti komputer/laptop, maka ketika seorang anak yang mendapat tugas dari gurunya untuk membuat karya tulis sederhana yang bahannya tersedia lewat internet, maka secara langsung dan jelas perubahan sosial.
Kita juga melihat perkembangan lembaga pendidikan Islam yang berorientasi pada IPTEK sebagai hasil dari berubahnya masyarakat, sehingga banyak visi sekolah/madrasah yang mengedepankan orientasi IPTEK, karena disisi lain masyarakat juga menuntut lembaga pendidikan yang mengikuti perkembangan dan mampu mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi masa depan. Jelas, bahwa perubahan sosial yang terjadi sangat berdampak pada pendidikan Islam.
Pesantren modern adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam yang mencoba mengakomodasi keinginan masyarakat akan mutu manusia yang beriman sekaligus juga berwawasan keilmuan, sehingga selain dipelajari bahasa Arab sebagai modal utama dalam mengkaji ilmu keislaman dari sumber yang menggunakan bahasa Arab, juga bahasa asing dunia lainnya terutama bahasa Inggris sebagai antisipasi terhadap perubahan sosial yang mengedepankan kemampuan individu yang komprehensif.
Bahkan banyak sekolah/madrasah yang diberi lebel “Model” yang oleh pemerintah disiapkan untuk membentuk dan menyiapkan sumber daya manusia yang Islami sekaligus tidak gagap teknologi dan ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah lembaga pendidikan Islam juga berubah atau berkembang menurut keadaan masyarakat, kalau pada saat Islam masuk dan berkembang di Nusantara, Islam diajarkan melalui lembaga surau, namun ketika masyarakat berubah, maka Islam sekarang juga diajarkan melalui pendidikan formal (jalur sekolah).
Dalam kerangka merealisasikan tugas lembaga pendidikan Islam sebagai institusi yang mempersiapkan generasi bangsa, maka ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi, yaitu[18]:
- Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang membawa manusia kepada sisksa:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[19]
- Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia dunia dan akhirat, sebagai realisasi cita-cita bagi orang yang beriman dan bertaqwa, yang senantiasa memanjatkan do’a-do’a sehari-hari
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.[20]
- Prinsip Amar ma’ruf Nahi Munkar serta membebaskan manusia dari belenggu kenistaan.
- Prinsip pengembangan daya pikir, daya nalar, daya rasa sehigga dapat menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat memfungsikan daya kreasi, rasa dan karsanya.
- Prisnsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan dirinya kepada Sang Maha Pencipta.
Perubahan sosial yang terjadi dapat saja mempengaruhi pelaksanaan prinsip-prinsip pendidikan Islam tersebut, karena prinsip-prinsip tersebut bisa saja tidak berjalan dengan baik karena perubahan sosial yang terjadi, misalnya berubahnya pola pikir masyarakat dari orientasi agama kepada orientasi dunia kerja, sehingga pendidikan Islam sering kali terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi pilihan pertama. Hal tersebut juga mungkin saja dikarenakan bahwa lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan Islam tidak mengantisipasi perubahan sosial tersebut, karena bisa saja pendidikan Islam mempersiapkan SDM/lulusan yang siap kerja dan siap membuka lapangan pekerjaan.
D. Penutup
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat akan sangat mempengaruhi pendidikan Islam, hal ini terlihat dari upaya pemerintah dan pihak sekolah serta peran serta masyarakat (komite) dalam memberikan pelajaran yang barkaitan dengan bekal bagi masa depan siswa, misalnya pelajaran bahasa Asing lain (selain bahasa Arab), pendidikan IT dan sebagainya.
Dan dengan segala perubahan sosial –dan juga budaya- yang terjadiserta pesatnya era informasi seperti sekarang, maka sebagai pendidik (dan sebagai orang yang peduli dengan pendidikan) dapat memahami dan memanfaatkan segala kemajuan teknologi tersebut sekaligus sebagai filter bagi anak didik dan memberikan masukan serta mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perubahan sosial tersebut.
E. Saran
Kepada semua stake holder disekolah agar senantiasa melakukan inovasi dalam pendidikan guna mengantisipasi tuntutan masyarakat akan sekolah yang baik dengan indikasi bahwa sekolah tersebut tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang pesat.
DAFTAR BAHAN BACAAN
Arifin, H. M. , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
Berry, David, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Terj. Paulus Wirutomo, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003)
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995)
Kusmana dan JM. Muslimin, Paradigma Baru Pendidikan (Restrofeksi dan Proyeksi Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia), (Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity Project (IISEP), 2008)
Marimba, Ahmad D., Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1984)
Poerbakawaja, R. Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung)
Sajagyo, Pudjiwati, Sosiologi Pembangunan, (Jakarta; Fakultas Pascasarjana IKIP, 1995)
Soekamto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 1990)
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005)
Tirtosudarmo, Riwanto, Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarma Indonesia, 1994)
Wahyu, Dr. H., MS, Memahami Perubahan Sosial: Aplikasi Teknik Pengendalian dan Analisis Lingkungan Organisasi, (Banjarmasin; Makalah Disampaikan pada Acara Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Regional Kalimantan, tgl. 2 s.d. 6 September 2007)
[1]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, Cet. 3, 1990) hlm 981
[2]Ibid., hlm. 855
[3]Pudjiwati Sajagyo, Sosiologi Pembangunan, (Jakarta; Fakultas Pascasarjana IKP, 1995), hlm. 205
[4]Ibid, hlm. 206
[5]Ibid
[6]Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 1990), hlm. 303
[7]Dr. H. Wahyu MS, Memahami Perubahan Sosial: Aplikasi Teknik Pengendalian dan Analisis Lingkungan Organisasi, (Banjarmasin; Makalah Disampaikan pada Acara Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Regional Kalimantan, tgl. 2 s.d. 6 September 2007) hlm. 2
[8]David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Terj. Paulus Wirutomo, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003) hlm. 71
[9]Soerjono Soekamto, Op. Cit., hlm. 303
[10]R. Soegarda Poerbakawaja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung) hlm. 398
[11]H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) hlm. 7
[12]Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1984) hlm. 23
[13]Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995) hlm. 9
[14]Kusmana dan JM. Muslimin, Paradigma Baru Pendidikan (Restrofeksi dan Proyeksi Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia), (Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity Project (IISEP), 2008) hlm. 168
[15]Riwanto Tirtosudarmo, Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarma Indonesia, 1994) hlm. 21
[16]Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 13
[17]Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional), (Jakarta: Quantum Teaching, 2004) hlm. 125
[18]Hasbullah, Op. Cit., hlm. 129
[19]QS. at-Tahrim [66]: 6
[20]QS. al-Qashash [28]: 77
izin copy
BalasHapus