Minggu, 13 Maret 2011

Kepemimpinan dalam Islam (Pemimpin adalah panutan)


1. Pengertian Pemimpinan
Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership yang berarti being a leader power of leading; the qualities of leader, (AS. Hornby, 1990:481; Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 1987:212) yang berarti kekuatan atau kualitas seseorang dalam memimpin dan mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Indonesia pemimpin disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya (W.J.S. Poerwadarminta, 1984:754-755). Kata pemimpin mempunyai arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan, dan berjalan di depan (presede) (Wahyosumidjo, 2010:104).

Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan dengan al-riâyah, al-imârah, al-qiyâdah, atau al-za’âmah (Mujamil Qomar, 2007:268). Akan tetapi, untuk menyebut kepemimpinan pendidikan, para ahli menggunakan istilah qiyâdah tarbawiyah (Mujamil Qomar, 2007:269). Kata al-ri’âyah atau râ’in diambil dari hadits Nabi: kullukum râ’in wa kullukum masûlun ‘an ra’iyyatihi (setiap orang di antara kamu adalah pemimpin [yang bertugas memelihara] dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya) (Lihat Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 2009:6.; Veithzal Rivai, 2008:8).

Ra’in juga dapat berarti gembala, seorang pemimpin ibarat penggembala yang harus membawa ternaknya ke padang rumput dan menjaganya agar tidak diserang serigala, adapun ra’iyyah berarti rakyat (Ahmad El-Qorni, tersedia dalam http://teknikkepemimpinan.blogspot.com). Jadi, seorang pemimpin harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan rakyat.

Kata lain yang dihubungkan dengan kepemimpinan adalah khalifah yang pada mulanya berarti di belakang, sering kali diartikan sebagai pengganti karena yang menggantikan selalu berada atau datang dari belakang atau sesudah yang menggantikan (M. Quraish Shihab, 2006:386; Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 2009:4.; Veithzal Rivai, 2008:6). Jadi, kedudukan pemimpin seharusnya berada di belakang untuk mengawasi dan mendukung serta membimbing dengan tujuan untuk mengantarkan bawahannya ke arah tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Istilah lain yang digunakan untuk “pemimpin” adalah kata amîr yang dapat berarti subjek atau objek. Sebagai subjek, berarti seorang amîr dalam kedudukannya merupakan pemilik wewenang memerintah, sedangkan kedudukan sebagai objek berarti pemimpin berperan sebagai seorang yang diperintah oleh orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin tidak boleh bertindak sewenang-wenang, akan tetapi harus memperhatikan perintah (dalam arti aspirasi) bawahannya (M. Quraish Shihab, 2006:388).

Ada pula yang mengartikan pemimpin dengan kata imam yang terambil dari kata amma-yaummmu dalam arti menuju, menumpu, dan meneladani. Kata ini memiliki akar yang sama dengan umm yang berarti ibu karena anak selalu menuju kepadanya. Seorang imam atau pemimpin memang harus memiliki sifat keibuan. Penuh kasih sayang dalam membimbing dan mengendalikan umat. Imam juga dapat berarti depan karena semua mata tertuju padanya sebab ia berada di depan (M. Quraish Shihab, 2006:388).

2. Pemimpin sebagai Teladan
Sebagai orang yang berada di depan, diteladani, dan subjek maupun objek, perilaku positif pemimpin merupakan sesuatu yang harus dijaga agar bisa menjadi anutan yang baik, hal ini penting karena posisi seorang pemimpin yang strategis. Surah al-Ahzâb (33) ayat 21 (Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah) menginformasikan bahwa Nabi sebagai figur pimpinan yang harus dicontoh bagaimana berperilaku yang baik.

Peran sebagai teladan ini memberikan formulasi perpaduan sederhana antara karakter (jati diri; siapa diri pemimpin) dan kompetensi (apa yang bisa dilakukan pemimpin), dengan dua formulasi tersebut, Nabi Muhammad mencontohkan karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin agar benar, baik, cerdas, dan bisa dipercaya (Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 2009:166.; Veithzal Rivai, 2008:184). Beck yang dikutip Littleford menyatakan “by modelling desired dispositions and actions, leaders enhance others’ beliefs about their own capasities and their enthusiasm for change” (Littleford, 2007:23). Tindakan dan kepribadian yang diinginkan oleh pemimpin terhadap bawahan akan mudah tercapai jika disertai dengan model atau teladan, sehingga bawahan percaya akan kemampuan mereka dan bergairah untuk melakukan perubahan. Sekolah yang dipimpin oleh pemimpin yang menjadi teladan dan bekerja keras dapat menjadi inspirasi bagi bawahan untuk melakukan hal yang sama dalam mencapai tujuan.

Islam memandang bahwa seorang pemimpin harus mencontoh sifat-sifat Nabi Muhammad yang dapat dijadikan barometer semua lembaga pendidikan (Hikmat, 2009:262). Sifat tersebut adalah: 1). Shiddiq artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan. Yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap, serta berjuang melaksanakan tugasnya, 2). Fathonah artinya cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan profesional sehingga kecerdasan tersebut melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul, 3). Amanah artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel. Kepercayaan yang menjadikannya memelihara sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya baik yang berasal dari Tuhan maupun yang dipimpinnya sehingga tercipta rasa aman bagi semua pihak, 4). Tabligh artinya senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan dan komunikatif, hal tersebut berarti juga penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab atau dengan kata lain “keterbukaan” (M. Quraish Shihab, 2006:383-384).

Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi dan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Ia adalah intisari dari manajemen organisasi, sumber daya pokok dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi (Ardana, 2008:89). Dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah faktor terpenting dalam menggiring dan mempengaruhi prestasi sebuah organisasi. [diambil dari Hasil Penelitian Tesis atas nama Muhammad Toha]

Sumber Rujukan:
1. AS. Hornby, Oxford Edvanced Dictionary of English, London: Oxford University Press, 1990.
2. Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 6th Impression, London: Oxford University Press, 1987.
3. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. ketujuh, Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1984.
4. Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoretik dan Permasalahanya, edisi kesatu cetakan ketujuh, Jakarta: Rajawali Pres, 2010.
5. Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, diedit oleh Khairi Rumantati dan Achmad Ta’yudin, Jakarta: Erlangga, 2007.
6. Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, ed. kedelapan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
7. Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
8. Ahmad El-Qorni, Kepemimpinan dalam Islam, Online 2 April 2010 tersedia dalam http://teknikkepemimpinan.blogspot.com
9. M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi; Al-Qur’ân dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, cet. kedua, Jakarta Selatan: Lentera Hati, 2006.
10. Anne Runyan Littleford, Principal Leadership and Its Perceived Influence on Teacher Morale in Elementary Schools, Online 24 Mei 2010 tersedia dalam http://etd.submit.sdu, USA: East Tennessee State University, 2007.
11. Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009.
12. Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, dan Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.

0 komentar:

Posting Komentar